Benny: Nazaruddin "Jual" Nama Saya!

Rabu, 20 Juli 2011 ·


JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi Partai Demokrat, Benny Kabur Harman, membantah semua tudingan mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin terhadap dirinya dan Partai Demokrat. Dalam wawancara dengan Metro TV, Selasa (19/7/2011) petang, Nazaruddin mengungkapkan, Benny tahu mengenai pertemuan salah satu pimpinan KPK, Chandra M Hamzah, dengan dirinya. Chandra menerima sejumlah uang dari seorang pengusaha untuk proyek pengadaaan baju pemilu.

"Dia (Nazaruddin) cerita kepada saya. Saya cuma tahu cerita dia, tapi saya tidak tahu kejadiannya. Nama saya dijual. Seolah nama saya ini laku, seolah nama saya tahu betul kejadian itu," ujar Ketua Komisi III DPR ini, Rabu (20/7/2011).

Benny mengatakan, justru Nazaruddin yang memintanya untuk menemui Chandra. Namun, ia menolaknya.

"Nazaruddin yang minta saya untuk ketemu KPK, bisa tidak. Saya tahu Chandra Hamzah tidak mungkin mau suap," kata Benny.

Benny juga membantah bahwa uang yang digunakan dalam kongres Partai Demokrat di Bandung berasal dari hasil permainan proyek Ketua Umum DPP Demokrat Anas Urbaningrum. Sebelumnya, Nazar menuduh Anas menghabiskan dana sebesar 20 juta dollar AS untuk dapat memenangkan kursi ketua umum. Dana ini, kata Nazaruddin, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Benny justru balik menuding Nazaruddin yang selama ini "menjual" nama Anas dan Demokrat untuk kepentingannya.

"Tidak ada uang itu. Kongres itu pakai uang biasa, uang transportasi. Tidak ada money politics. Namanya partai berkubu pasti ada, tapi bukan money politics. Malah dia (Nazaruddin) dapat uang banyak karena menjual nama Anas dan DPP. Kita maklum karena dia depresi," ujarnya.

Benny juga meminta Nazaruddin agar jangan hanya "berkicau" melalui telepon ke media, tetapi juga menunjukkan buktinya ke KPK.

"Kalau berani datang ke KPK, dan memberikan informasi ke KPK. Jangan dari jauh, jangan takut. KPK itu tidak bisa direkayasa, tidak bisa disuap," ujarnya.

Nazaruddin dalam wawancara itu menyebut Chandra menerima suap dari seorang pengusaha. Bahkan, ia menyebut KPK sebagai perampok. "KPK itu rampok semua. Pada 2010 bulan 11, Chandra ke rumah saya terima uang. Ada bukti CCTV-nya. Menerima uang untuk proyek pengadaaan baju untuk pemilu. Ada seorang pengusaha menemui Chandra, tanya Benny K Harman karena beliau ikut pertemuan itu," kata Nazar.

Ia juga menyatakan ada deal antara Anas dan KPK terkait penanganan kasus suap Wisma Atlet.

"Anas dan Ade Raharja mengadakan pertemuan di satu tempat. Deal-nya Anas tidak boleh dipanggil (KPK), Angie (Angelina Sondakh) tidak boleh dipanggil. Kasus hanya ditutup di Nazaruddin. Deal-nya, Ade dan Chandra akan dipilih sebagai pimpinan KPK," ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Posting

Followers

 
Top

e-kapaloe blog | Copyright © 2011 All right reserved.